Rabu, 04 Maret 2009

Anak-anak Lembata Rentan Terkena Busung Lapar

Anak-anak Lembata Rentan Terkena Busung Lapar Gizi.net - Anak-anak desa di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, kini dikhawatirkan rentan terkena penyakit busung lapar menyusul buruknya ketersediaan pangan akibat gagal panen. Pantauan khusus harus dilakukan di desa-desa yang warganya telah mengonsumsi buah bakau dan kacang hutan. Sementara Perum Bulog menyatakan siap membantu kebutuhan beras bisa ada permintaan alokasi beras dari dinas sosial setempat. Saat ini Bulog tengah mengirim 500 ton beras langsung ke Lembata.Kepala Dinas Kesehatan Lembata Jhony Laoh, dan Kepala Bagian Humas Pemkab Lembata Karolus Kia Burin, Minggu (20/3) mengaku khawatir akan muncul penyakit busung lapar. Hal itu menjadi fokus kepedulian Bupati Lembata Andreas Duli Manuk.Karolus mengatakan, Bupati Andreas telah memerintahkan dinas kesehatan setempat untuk proaktif memantau kondisi kesehatan warga dengan prioritas utama anak-anak hingga usia sekolah dasar (SD).Dia menjelaskan, krisis pangan dan ancaman kelaparan dari hasil pendataan sementara telah menyerang warga di 60 desa. Sebagian bahkan telah terancam atau mengalami kelaparan hingga terpaksa makan buah bakau dan kacang hutan.Menurut Karolus, "Karena sudah ada warga yang makan kacang hutan dan buah bakau, bupati khawatirkan kesehatan anak-anak," katanya.Pantauan terhadap kondisi kesehatan anak itu akan dimulai di 22 di Ile Ape. "Permintaan bupati agar kami segera memantau kesehatan anak-anak karena dikhawatirkan kekurangan gizi dan menderita busung lapar, mempertegas adanya kenyataan krisis pangan dan kelaparan," katanya.Tertekan, sudah parahSetelah tiba di Maumere, dalam perjalanan pulang ke Kupang kemarin, Kompas ditelepon oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Lembata Virgilius Natal. Dia ingin berbicara untuk menjelaskan beberapa hal terkait masalah gagal panen dan ancaman rawan pangan di Lembata.Virgilius mengaku berada di Maumere, kota Kabupaten Sikka, sejak Kamis (17/3) lalu karena isterinya dirawat pascaoperasi di Rumah Sakit Umum TC Hillers Maumere. Dia mengaku tertekan oleh berbagai pihak setelah mengungkap fakta gagal panen dan ancaman kelaparan di wilayahnya.Hal prinsip yang sulit dimengertinya adalah mengapa ada beberapa pejabat di tingkat pusat memintanya mengatakan tidak ada ancaman kelaparan di Lembata."Lalu saya mau ngomong apa. Saya sulit memahaminya. Saya ini memang baru menjabat sebagai kepala dinas. Jika karena masalah ini posisi saya terancam, saya rela asal demi rakyat," katanya.Menurut Virgilius, karena tugasnya sebagai pejabat pada dinas teknis yang menetap di Lembata, dia tahu persis kondisi warga di desa-desanya."Saya tidak bisa mengatakan lain jika faktanya demikian. Wartawan juga bisa melihat sendiri, memotret fakta itu, karena memang itu faktanya," katanya.Kepadanya dijelaskan, Kompas menemukan dan mengambil gambar warga yang telah mengonsumsi buah bakau dan kacang hutan. Selain itu ada warga yang mengonsumsi jagung dimasak campur daun singkong dan daun kelor. "Kalau seperti itu, berarti kondisinya sudah parah sekali," katanya.Dia menjelaskan, kondisi saat ini sangat parah, mirip tahun 1960-an ketika warga desa mengonsumsi buah bakau dan kacang hutan, termasuk biji balam yang biasa menjadi mainan anak-anak. Dia mengatakan, sebagai pelayan masyarakat, pemerintah harusnya prihatin akan kondisi ini.Menurut Virgilius, agar tidak terulang krisis pangan, perlu pendekatan tekonologi seperti sumur pompa. Introduksi program pembangunan pertanian Lembata juga cukup hanya setahun, tetapi harus dikawal hingga jangka waktu tertentu."Jika ada program pendampingan, sebaiknya digulirkan terus, kita kawal hingga jangka waktu misalnya lima tahun," katanya.Dirjen Tanaman Pangan Ir Mohammad Jafar Hafsah mengatakan, Selasa (22/3) dia akan mengirim dua tim ke NTT.Beberapa langkah akan dilakukan untuk mengatasi masalah kekeringan, antara lain membantu 10 unit pompa sumur air tanah, sedang Deptan dan Depsos siap mengirimkan beras bantuan dari Bulog tahap pertama sebanyak 60 ton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar