Rabu, 04 Maret 2009

Seorang Lagi Terindikasi Idap HIV di Lembata


LEWOLEBA, KAMIS - Pemeriksaan darah tahap pertama dan tanda-tanda klinis yang diderita, seorang ayah dengan dua orang anak asal Kabupaten Lembata terindikasi positif mengidap HIV. Temuan penderita baru ini menambahkan deretan jumlah penderita HIV/AIDS asal Lembata menjadi 34 penderita dari jumlah diakhir bulan Oktober 2008 sebanyak 33 penderita."Pengidap sedang kami rawat dan segera dilakukan pemeriksaan darah tahap kedua secara menyeluruh sebelum korban dirujuk ke RSUD TC Hillers Maumere yang memiliki klinik VCT," kata Conselor profesional HIV/AIDS RSUD Lembata, dr.Bernad Yosep Beda, ketika dikonformasi Pos Kupang, di Lewoleba, Rabu (5/11).Keterangan lain yang diperoleh Pos Kupang menyebutkan pengidap HIV ini adalah warga Balauring, Kecamatan Omesuri, dirujuk pihak Puskesmas Balauring ke RSUD Lewoleba pada hari Senin (4/11/2008).Mereka menemukan penderita mengalami sakit malaria dan batuk berat. Pihak Puskesmas yang tak memiliki sumber daya yang cukup lalu merujuknya ke RSUD guna menjalani perawatan intensif.Sementara Ketua Harian Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Lembata, Drs.Andreas Nula Liliweri, Selasa siang (4/11/2008) sebelum menemui dokter Bernad mengaku belum menerima laporan temuan pengidap HIV baru itu. "Saya mau ke RSU tapi saya belum terima laporan itu," kata Liliweri di Kantor Bupati Lembata.Bernad menambahkan, pemeriksaan darah tahap pertama dilakukan hari Senin ditemukan penderita positif terjangkit HIV. Namun untuk menegakkan standar pemeriksaan harus dijalani pemeriksan darah tahap kedua sampai ketiga dan pemeriksan fisik menyeluruh sambil mengikuti perkembangan gejalah klinis penderita."Kekurangan kita melakukan pemeriksaan CD4 atau pemeriksaan HIV pertama dalam tubuh," kata Bernad. Dikatakannya, berdasarkan ciri-ciri klinis, penderita tersebut memasuki stadium dua. Hal ini tampak pada berat badan penderita yang terus menurun, terdapat candidiasis oral atau jamur dalam mulut, penyakit paru-paru (TBC), kelainan pada kulit (alergi) dan hemoglobin (HB) yang mencapai delapan.Latar belakang penderita, kata Bernad, pernah merantau ke Malaysia sekitar lima sampai enam tahun, dan tiga sampai empat tahun di Singapura. Dugaan kuat penyakit ini terjangkit ketika penderita berada di dua daerah perantauan itu. Masa inkubasi virus ini dalam tubuh cukup lama lima hingga sepuluh tahun dan setelah 10 tahun barulah mulai kelihatan ciri-ciri penderitanya.Mengenai kemungkinan terjangkitnya virus yang akan berkembang menjadi AIDS kepada istri dan kedua anaknya, Bernad mengatakan kemungkinan itu bisa terjadi. Karena itu perlu dilakukan konseling untuk dilakukan pemeriksaan dini.Ia menambahkan, meski pemeriksaan darah tahap pertama telah menemukan indikasi positif HIV, penderita tetap menjalani pemeriksaan darah menyeluruh dan fungsi hati. Setelah hasil pemeriksaan ini bisa diketahui kondisi keseluruhan penderita dan akan dirujuk ke RSUD TC Hillers Maumere yang memilik klinik VCT.Terus bertambahnya angka penderita HIV, Bernad menyarankan pemerintah daerah segera menyiapkan fasilitas VCT. "Daripada setiap kali ditemukan penderita, kita merujuk ke RS yang punya VCT di Maumere atau Kupang. Syukur kalau diterima tapi ditolak kita harus merawat dengan fasilitas kita yang terbatas," ujar Bernad.Temuan penderita HIV dan AIDS di Lembata, kata Bernad seperti fenomena gunung es. Para penderita yang ditemukan setelah mengalami sakit berat dan berobat ke rumah sakit setempat. Tetapi kemungkinan ada segelintir orang lain yang potensial telah terinfeksi, namun tak mengetahui kalau ada virus mematikan itu dalam tubunya."Penderita yang diketahui terserang HIV/AIDS karena sakitnya sudah parah. Yang masuk RS sudah stadium dua bahkan ada yang sudah parah dan langsung diinfus," tandas Bernad.Ia menyarankan KPAD Lembata melakukan sosialiasi gencar kepada warganya bahaya penyakit HIV/AIDS. Jangan menunggu ada uang baru dilakukan sosialiasi sementara kemungkinan penyakit itu telah berjangkit kepada orang lain.Kabag Humas Setda Lembata, Drs.Ambros Lein, mengatakan walau 99 persen penderita HIV/AIDS merupakan mantan perantauan namun tidak dimaksudkan memvonis perantau asal Lembata menjadi sumber penularan penyakit itu.Ia menyarankan para perantau yang bekerja di Malaysia, Singapura maupun di dalam negeri agar lebih berhati-hati bergaul. Ia menyarankan warga Lembata yang kemungkinan potensial terjangkit virus dapat memeriksakan darah..Berdasarkan data KPAD, penderita HIV/AIDS Lembata cenderung bertambah setiap tahun. Pada 2003 ditemukan tiga penderita dan semuanya telah meninggal dunia, namun dalam kurun waktu enam tahun jumlah penderita menjadi 34 orang meliputi 23 pria dan 11 perempuan, 25 di sudah meninggal dunia dan sembilan penderita masih hidup. (ius)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar